Kata "budaya"
berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu "buddhayah", yang merupakan
bentuk jamak dari "budhi" yang berarti budi atau akal. Menurut KBBI,
akal diartikan sebagai kemampuan untuk memahami, berpikir, dan memproses
informasi. Akal juga dimaknai sebagai kemampuan cara memahami lingkungan.
Ketika akal digunakan
untuk membentuk cara hidup: memahami lingkungan, membuat keputusan, dan
mencapai tujuan hidup yang lebih baik, dan berinteraksi sosial yang terbentuk
dalam perilaku kemudian diwariskan turun temurun, maka itulah yang disebut
dengan budaya. Jadi, budaya dapat dipahami sebagai cara pandang yang berasal
dari akal dan budi sebagai hasil pemikiran yang terwujud dalam tindakan dan
perilaku.
Budaya terbentuk melalui
proses berpikir, pemikiran, dan kreativitas manusia: hasil dari cipta, rasa,
dan karsa manusia, yang mencakup ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
dan aturan dalam masyarakat. Proses ini melibatkan pemikiran kreatif untuk
menciptakan, mengembangkan, dan menyebarkan ide-ide dan praktik-praktik baru.
Ketika berada di
lingkungan Sungai misalnya, maka terbentuklah budaya sungai sebagai cara hidup
dan berinteraksi sosial yang khas meliputi berbagai aspek: adat istiadat,
kepercayaan, kegiatan ekonomi, hingga seni dan hiburan yang terkait dengan
sungai. Begitu juga Ketika manusia tinggal di daerah pegunungan atau pesisir pantai.
Kondisi geografis yang
berbeda: daerah banyak Sungai, pegunungan dan pesisir Pantai, akan melahirkan
budaya yang berbeda. Ini karena manusia yang tinggal di daerah tersebut akan
memiliki cara pikir dan kreativitas menyesuaikan lingkungan mereka tinggal.
Budaya Sungai Urang
Banjar
Bagi Masyarakat Banjar yang
dikenal dengan istilah urang Banjar. Sungai adalah bagian penting dari
kehidupan, baik sebagai sumber mata pencaharian, transportasi, maupun sebagai
tempat tinggal.
Budaya sungai pada suku
Banjar melahirkan berbagai aspek kehidupan yang unik, termasuk tradisi pasar
terapung. Sungai juga menjadi inspirasi bagi seni dan arsitektur Banjar, serta
menjadi sarana transportasi dan mata pencaharian masyarakat. Oleh karena itu,
pendidikan yang ideal bagi masyarakat di daerah ini sebaiknya mencerminkan
budaya sungai dan potensi yang ada, seperti pengelolaan sumber daya air,
perikanan, dan transportasi sungai.
Memelihara ikan nila adalah
contoh potensi budidaya ikan yang bisa dimaksimalkan masyarakat Banjar.
Sungai-sungai ini dapat digunakan sebagai sumber air untuk kolam budidaya. Koordinasi
yagn baik antara dinas perikanan dan pendidikan akan sangat efektif mendukung
lancarnya kurikulum muatan lokal. Siswa akan banyak mendapatkan manfaat, baik
secara teoritis maupun praktik tentang budidaya ikan
Beberapa SMK di Kalimantan
Selatan mempraktikkan konsep ini dengan mendirikan jurusan Agribisnis Perikanan
air tawar: SMKN 1 Marabahan, SMKN 1 Tapin Selatan, SMKS Sapala Hulu Sungai Utara,
SMKN 1 Banua Lawas Tabalong, dan SMKPP Negeri Paringin Balangan.
SMK Agribisnis Perikanan
Air Tawar fokus pada budidaya dan pengelolaan perikanan air tawar, mulai dari
pembenihan hingga pemasaran hasil panen. Lulusan jurusan ini memiliki peluang
kerja di berbagai bidang perikanan, baik dalam negeri maupun luar negeri,
termasuk menjadi wirausahawan, teknisi tambak, atau bekerja di instansi terkait
perikanan.
Tidak hanya menjadi
muatan lokal jika dikaitkan dengan potensi budidaya ikan air tawar dan
kemandirian pangan lokal. Budidaya ikan nila juga dapat dikaitkan nilai luhur
masyarakat Banjar yakni kemandirian ekonomi, “Cangkal begawi”, dan menjaga
kelestarian lingkungan.
Urang Banjar terkenal
dengan sebutan “cangkalan begawi.” Urang Banjar gigih dan tekun dalam bekerja,
tidak mudah menyerah dan selalu berusaha dengan sungguh-sungguh. Orang Banjar tidak
mau keberadaan dirinya membebani orang lain. Memelihara ikan nila adalah gambaran
semangat urang Banjar yang pantang menyerah mencari rejeki halal.
Nilai luhur lainnya yang
berkaitan erat dengan budidaya ikan nila adalah kepedulian menjaga kelestarian
lingkungan. Budidaya ikan nila menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab mencegah
pencemaran air. Misalnya dalam pengendalian hama yang mengganggu budidaya ikan
nila dilakukan dengan cara yang ramah lingkungan, seperti menangkap hama tanpa
menggunakan bahan kimia berbahaya, sehingga mengurangi dampak negatif terhadap
ekosistem sungai.





Posting Komentar